Selasa, 03 Desember 2013

Dari Hulu ke Muara



Berhulu dari banyak pemahaman tentang cinta,
Mengalir mengikuti arus, seiring dengan berjalannya waktu, terbawa riak dan gelombang kehidupan, hingga berakhir di muara..

Demi keagungan cinta, demi putihnya cinta, demi ruh yang terkandung di dalamnya, jika tidak ingin jiwa ini nestapa karena cinta, jika tidak ingin jiwa ini terhempas karena cinta, jika tidak ingin jiwa ini tersiakan karena cinta, maka letakkanlah cinta ini pada suatu mihrab..

Dimana ada padanya tempat berbagi yang sesungguhnya,
dimana, ada padanya tempat bergantung ketika jatuh, dimana ada padanya tempat berkeluh ketika sedih, dimana ada padanya tempat bersandar ketika letih, dimana ada padanya tempat bercinta ketika suka,
dimana ada padanya tempat bicara ketika rindu,
dimana ada akhir yang selalu bahagia, bukan duka atau nestapa,,

Dimana hanya ada 1 Dzat yang pelukannya meneduhkan jiwa,
Pangkuannya menenangkan jiwa,
Tatapannya menjanjikan cinta dengan segala keabadianNya..

dan di sanalah cinta bertakhta..

Antara Fujur dan Taqwa


Fujur dan Taqwa..mungkinkah berada di waktu yang bersamaan?
Jawabannya adalah: tidak mungkin!
Tapi, beberapa saat bersisian mungkin.
Tidak lama. Hanya beberapa saat saja.
Nah, disitulah kemudian manusia memilih..
Akankah dia merasa nyaman dengan ke-fujur-annya? Atau merasa gelisah dengan ketidak-taqwa-anya..

Memilih..
Hidup memang sebuah pilihan..
Fa alhamahaa fujuuroha wa taqwaahaa..

“Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketaqwaannya. Sungguh beruntung orang yang mensucikan jiwa itu. Dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.” (QS. Asy Syams:8-10)

Maka di sinilah hati berperan..

Hati adalah bagaikan sebuah pemancar. Pemancar untuk menunjuki manusia sebagai penggunanya..
Dari sanalah terasakan apakah manusia sebagai penggunanya mempunyai sinyal yang kuat terhadap Rabb-nya ataukan sebaliknya..

Hati adalah tempat bertanya. Karena hati itu membawa sifat fitrahnya yang tunduk pada Sang Pencipta..

“Setiap manusia lahir dalam keadaan fithrah. Orangtuanyalah yang mewarnainya dengan yahudi, nasrani atau majusi” (HR. Muslim)


Hati adalah laksana jiwa bagi manusia. Kualitas seorang manusia tergantug pada hatinya. Jika hatinya baik, maka baiklah seluruh tubuh dan jiwanya. Namun, jika hatinya buruk, maka buruklah seluruh tubuh dan jiwanya.

“Didalam tubuh manusia ada segumpal daging.. Bila daging itu baik, maka baiklah seluruh tubuhnya. Demikian pula sebaliknya.” (HR. Bukhari-Muslim)

“Bertanyalah pada hati dan nafsumu. Kebaikan itu ialah apa yag menyebabkan hati dan jiwa tenteram kepadannya. Sedangkan kejahatan adalah apa yang merisaukan jiwa dan menyebabkan ganjalan dalam dada.” (HR.Muslim)
Hakikat Cinta..

Ada ratusan bahkan ribuan kissah-kissah tentang cinta di muka bumi. Kissah yang hampir di pastikan pernah menyentuh sisi kehidupan setiap manusia.

Alloh telah telah menciptakan perbuatan dan rasa yang di alami manusia sebagai makhluqNya, tidak ada khilaf dalam seluruh kitab Tauhid bahkan dalam kitab Aqidah imam yang empat.

Disinilah saya mencoba mengejewantahkan cinta kedalam suatu bejana besar dan mengambil inti dari semua yang di pahami banyak orang tentang cinta..

Menyimpulkan suatu hakikat cinta yang membuatnya menjadi agung dalam diri dan pandangan seluruh jiwa yang memilikinya.. Menjadikannya suatu ruh yang menyemangati.. dan menjadikannya indah dalam kondisi apapun..

Bahwa cinta, dari beberapa kissah yang saya sampaikan, tergambar jelas tentang adanya penghambaan terhadap yang di cintai, pengorbanan untuk yang di cintai, dan segenap loyalitas entah itu berwujud kesetiaan, pemberian tanpa pamrih, pemenuhan kebutuhan, sampai rangkaian sebuah doa..
Bahwa cinta itu begitu agung..
Bahwa tidak ada satu nestapapun di dalamnya jika sudah bersanding dengan keikhasan..
Bahwa fitrahnya cinta itu adalah berbagi, adalah pemberian tanpa pamrih, adalah pengorbanan, adalah penghambaan, dan memang seperti itu adanya..

“Jika cinta berawal dan berakhir karena Alloh,
Maka cinta yang lain hanya upaya menunjukkan cinta padaNya,
Pengejewantahan ibadah hati yang paling hakiki:
Selamanya memberi yang bisa kita berikan,
Selamanya membahagiakan orang-orang yang kita cintai..” -Anis Matta-

Bahwa tahta yang paling tinggi dalam bercinta adalah kemampuan dimana jiwa yang memilikinya justru mampu berbagi segalanya atas nama cinta.. dan berbagi yang paling sempurna adalah berbagi bersama Rabb..
Dzat yang pada hakikatnya adalah pemilik seluruh cinta..







Beberapa Kisah Tentang Cinta

Kisah Seorang Ibu yang Tetap Bertahan sepeninggal suaminya..




Diriwayatkan bahwa Anas r.a. dari Rasululloh saw. Bersabda: “Ada 3 yg berada di bawah perlindungan Arasy pada hari kiamat, yang tdk ada perlindungan kecuai perlindunganNya, yaitu: orang yang memperkuat silaturrahim, seorang perempuan yg suaminya meninggal dan meninggalkan anak-anak yatim yang masih kecil, yang mengatakan, aku tidak akan menikah, aku akan mengabdikan diri untuk anak-anakku hingga mereka meninggal, atau mendapatkan pertolongan Alloh SWT, dan seorang hamba yg menyiapkan makanan dan memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada tamunya karena Alloh SWT.”



Sebut saja ibu itu bernama Isti..

Sejak 5tahun sebelum Indonesia merdeka, dia di tinggal suaminya untuk bertugas. Karena sang suami adalah salah satu anggota tentara pada saat itu..

Suami ibu Isti pergi dengan meninggalkan 5 orang anak yang masih kecil2.. (8th, 5th, 3th, 2th, dan seorang bayi)



Tanpa kabar yang jelas, waktupun berjalan sesuai dengan sunatuLlohnya..

Sang ibu dengan sabar dan lapang dada menjalani hari-harinya.. Kerja apapun di lakoninya asal bisa untuk menyambung hidupnya dan anak-anaknya..

Kekuatannya hanya satu. Cinta.

Cinta pada anak-anaknya mengalahkan egonya sebagai seorang wanita yang memerlukan pendamping, seorang manusia yang memerlukan sandaran dan tempat untuk berbagi..

Semua di matikannya demi cintanya pada anak-anaknya. Dalam hidupnya cuma satu. Bahwa dia dan anak-anaknya harus tetap hidup, sampai Alloh menentukan taqdirnya..

SubhanaLloh..**



Kisah Seorang Ibu yang mendampingi Anaknya yang Sedang Koma, Hingga Datang Mukjzat Alloh padaNya..



Disebuah rumah sakit di bilangan Jakarta Pusat, ada seorang ibu yang seti mendampingi anaknya yang sedang dalam keadaan koma..

Para dokter sudah mengatakan bahwa umur anaknya sudah tergantung alat-alat penunjang medisnya.

Namunn sang ibu tetap yakin akan pertolongan Alloh untuk sang anak yang sudah di tunggunya selama 12th masa pernikahannya. Si ibu yakin bahwa Alloh tak hendak mengambilnya dg cara seperti ini.

Maka dengan tak putus-putusnya dia lantunkan doa di malam-malam yang panjang, di sisi anaknya. Tilawah dan dzikir pun tak lepas dari bibirnya.

Semua di lakukannya atas nama cinta.

Cinta yang mengharu biru perasaannya, yang mampu menghapus lelah fisik dan letihnya jiwa..



Hingga suatu saat datanglah mukjizat, si anak terbangun dari koma-nya yg di alaminya selama 6 bulan.

Laa hawla wala quwwata illa biLlah..

Tidak ada kekuatan, selain kekuatan Engkau yaa Alloh..



“Dan pasti Kami akan mnguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah berita gembira pada orang-orang yang sabar” (QS.Al Baqarah:155)**



Kisah Seorang Suami yang Merawat Istrinya selama 8tahun lebih.

  

Haji Madani tinggal di bilangan Cengkareng Jakarta Barat. Sudah 8 tahun lebih merawat istrinya yang menderita sakit kelenjar getah bening..

Dengan sabar beliau merawatnya, terutama

di saat-saat sakit istrinya kambuh..



“Rasanya tidak tega melihat istri saya berjuang melawan penyakitnya..” kata pak Madani.

Maka ketika anak-anaknya menyuruh beliau untuk

Menikah lagi, beliau menjawab: “Dulu, saya mencintai ibu kalian tanpa syarat. Tanpa syarat dia harus tetap cantik, dia harus tetap sehat, dia harus tetap muda. Maka dari itu, ketika dia sakit pun, saya tetap mencintainya.. meskipun terkadang saya harus mematikan naluri saya sebagai seorang laki-laki..”

Dan kini, sambungnya, “Jiwa saya telah menyesuaikan dg keikhlasan saya, hingga saya tidak menginginkan apa-apa lagi selain kesembuhan istri saya..”

SubhanaLloh..

Ternyata pak madani mampu tetap bersabar atas dasar cinta.



“Wahai orang-orang yg beriman! Mohonlah pertolongan Alloh dengan sabar dan sholat. Sungguh Alloh beserta orang-orang yg sabar” (QS. Al-Baqarah:153)**

Sebuah kisah oleh-oleh dari seorang dokter jaga ruang resus di IGD RSCM. 


Seorang kakek setia menunggu istrinya yg sakit berat di RSCM, seorang janda tua yg baru dinikahinya 1 th lalu, dgn penyakit gagal ginjal kronis yg harus jalani cuci darah segera. Raut muka istri tsb tdk jelas akibat bengkak cairan di sekujur tubuhnya, diperparah bau pesing & busuk. Kakek itu masih setia menanti kekasihnya tsb, sambil menghibur dgn ciuman di keningnya serta ucapan: " sabar ya sayang".

Saya sendiri tidak habis pikir, apa yg membuat kakek 73 th pensiunan PNS bisa jatuh cinta dgn janda 56 th penjual minuman di Monas, sesudah ditinggal mati isterinya terdahulu 4 tahun sebelumnya. Dia lantunkan dzikir & istighfar mengajak isterinya yg terpasang selang jalan napas, sambil mengelus-elus kepala & lengannya yg bengkak krn cairan. Isterinya itu sempat henti napas & henti jantung ketika sedang cuci darah yg pertama kalinya baru berselang 5 menit. Sepanjang malam kemarin, hanya kakek seorang mengurus & mendampingi nenek tsb. Padahal nenek tsb mempunyai 5 anak yg sdh dewasa dari suami pertama. Tiada satupun dari 5 anaknya yg peduli dgn nenek tsb. Semoga anak2 kita senantiasa berbakti kepada kita sbg orangtuanya sepanjang hidup kita, dengan doa spesial utk kita tanpa rasa jemu sepanjang hidup mereka

Apakah krn baru dinikahi 1 tahun, jd msh ada kata "sabar ya, sayang..."sambil dielus2 kepalanya & bisikan lembut ditelinga?
hmm... apakah cinta & romantism msh bertahan setelah bertahun-tahun pernikahan? wallahu'alam.
tp tetap salut sama si kakek, smg bisa dicontoh oleh semua suami. tp bukan karena baru setahun dinikahi..**

..
















Cinta adalah kehidupan



Dengan beragam cara dan konfliknya mungkin tidak melulu soal cinta.. tapi tahukah anda bahwa cintalah yang mampu membuat konflik dan meredakannya.. bahwa cintalah yang mampu membuat seseorang bertahan atau menyerah.. dan pada akhirnya bahwa cintalah yang membuat pilihan sekaligus memutuskannya..

Pada dasarnya manusia sebagai makhluk yang terikat dengan cinta.. Tanpa cinta, jiwa menjadi liar dan lepas kendali.. Cintalah yang dapat mengendalikannya dan membuat jiwa menjadi lebih tenang.. QS. Ar-rum:21- QS. Al-Fajr:27-30.

”Dan diantara tanda-tanda kebesaranNya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih sayang. Sungguh yng demikian itu terdapat tanda-tanda kebesaran Alloh bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Rum:21)


”Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridho dan diridhoi-Nya. Maka masuklah kedalam golongan hamba-hambaKu, dan masuklah ke dalam surgaKu.” (QS.Al-Fajr: 27-30) 






















































Cinta itu fitrah

Para pujangga sepakat, cinta ada di hati. Kedahsyatan cinta melahirkan jutaan inspirasi. Ia tak nampak kasat mata, namun indikasinya sangat mempengaruhi pikiran, plus mengendalikan tindakan.

Cinta adalah bagian dari fitrah, jika manusia tidak memiliki cinta, maka hilanglah sebahagian dari fitrahnya.. Maka bersyukurlah orang-orang yang memiliki cinta dan bisa menyikapi rasa cinta dengan tepat dan benar.


Cinta adalah sifat fitrah manusia yang di berikan Alloh sejak manusia terlahir dari rahim seorang ibu..


Cinta itu laksana pohon dalam hati. Akarnya adalah ketundukan kepada yang di cintai. Dahannya adalah memahami. Rantingnya adalah takut kehilangan yang di cintai. Daunnya adalah cemburu. Buahnya adalah kebahagiaan. Dan air yang menghidupinya adalah kebersamaan dengan sang kekasih..



Bagaimana Islam memberi hakikat tentang CINTA?


Cinta (al-mahabbah) merupakan fitrah emosional yang di anugerahkan Alloh SWT pada seluruh manusia. Bagi seorang muslim, cinta haruslah berdasarkan syariat. Karena bisa jadi apa yang kita cintai itu justru sesuatu yang buruk.. (QS. Al Baqoroh:216). Jika tidak demikian, betapa banyak orang yang akan menjadi korban akibat tidak tahu menempatkan arti cinta ini..


“Cintamu kepada sesuatu menjadikan kamu buta dan tuli” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)


Islam tidak melarang atau mengekang manusia dari rasa cinta. Tapi mengarahkan  tetap pada rel yang menjaga martabat, kehormatan, dan hawa nafsu yg berlebihan atau tidak pada tempatnya. Hal ini berlaku pada manusia laki-laki terhadap perempuan, dan sebaliknya maupun cinta terhadap harta dan lainnya.


“Dijadikan indah pada padanga manusia keCINTAan kepada apa-apa yang diinginkan yaitu wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Alloh tempat kembali yang baik.” (QS. Ali Imron:14)


Cinta yang paling tinggi adalah cinta karena Alloh.
Yaitu, mencintai sesuatu dengan menjadikan Alloh sebagai penyebab cintanya..
Kecintaan yang terekspresikan harus menjadi amal sholeh bagi pelakunya..


Maka dari itu kecintaan meskipun baru tersirat dalam hati dan belum terlaksana, tetap akan mendapat pahala di sisi Alloh..


Ajaran cinta islami yang mesti disemaikan bukanlah sebatas sesama muslim. Tapi justru sesama manusia dan sesama makhluk.


Rasulullah SAW bersabda: “Hakikat seorang muslim adalah, mencintai Alloh dan Rasulnya, sesamanya, serta tetangganya, melebihi atau sebagaimana ia cinta kepada dirinya sendiri” (HR. Imam Bukhari).


Kepada siapakah kita bisa jatuh cinta?


1.    Kepada harta.
2.    Kepada tahta/jabatan/kedudukan/karier.
3.    Kepada wanita/pria/anak-anak (keturunan).


“Dijadikan indah pada padangan manusia keCINTAan kepada apa-apa yang diinginkan yaitu wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Alloh tempat kembali yang baik.” (QS. Ali Imron:14)


Saya akan mencoba menguraikan satu per satu tentang 3 cinta itu..

1.   Cinta kepada harta.
Kecintaan manusia terhadap harta, perhiasan, kendaraan terbaik, adalah suatu keniscayaan..
Tidak ada satupun manusia yag tidak mencintai harta.. Namun akal dan iman yag mampu membatasi keinginannya akan harta yang tidak terbatas. Rasululloh mengatakan untuk hali ini bahwa “Jika engkau mampu menguasai 1 bukit emas, niscaya engkau  menginginkan bukit yang kedua, ketiga dan seterusnya..”
 

Seorang Ali bin abi Thalib terkenal sebagai orang yang kaya pada zamannya.. Beliau memiliki kebun kurma yang luas dan berbuah lebat. Suatu hari ketika beliau sedang menikmati kebunnya, datanglah adzan dzuhur.. Namun beliau lalai karena sedang memperhatikan burung yang sedang bercengkrama di kebunnya.. Lalai hingga tertinggal sholat jamaah.. Akhirnya, dengan penuh penyesalan dan kesadaran bahwa harta yang di milikinya tidak membawanya pada ketaatan kepada Alloh awj,, di infaq-kanlah seluruh kebunnya..

Sebuah pelajaran yang melahirkan banyak inspirasi tentang cinta.. pengorbanan dan ketaatan..



2. Cinta kepada tahta/jabatan/kedudukan/karier.
Bahwa betapa banyak manusia yang terjebak dalam kesibukan mengejar harta, jabatan da karier..
Mungkin ada awalnya hanya sekedar berniat unntuk sekedar memenuhi kebutuhan.. Namun seiring dengan waktu, adanya kesempatan dan peluang, maka karier semakin baik dan jabatan semakin menggiurkan.. Saat itu fikiran dan tenaga sangat terfokus ada pekerjaan.. Sehingga lupa akan niat awal.. Terjebak pada kesibukan, dan akhirnya mau tidak mau harus ada yang di korbankan.. Perhatian pada keluarga, anak, dan yang utama yaitu sholat.



Khalid bin Walid sangat pantas di teladan untuk hal ini. Ketika perintah penggantian panglima ditengah berkecamuknya perang, dengan sangat legowo dan besar hati Khalid mengikuti apa yang di perintahkan Umar ibn Khatab padanya untuk mundur dari jabatannya sebagai panglima, karena di khawatirkan dirinya maju di garis depan karena jabatannya dan keyakinan masyarakat bahwa di bawah pimpinan Khalid, pasti kemenangan akan diraih. Bukan karena Alloh..
 

3. Cinta kepada wanita/pria/anak-anak (keturunan).
Disini banyak sekali contoh kehidupan yang bisa kita jadikan pelajaran.. Betapa banyak cinta lawan jenis (pasangan kekasih) yang berakhir tragis.. Tidak mendapat restu, hamil di luar nikah, ataupun yang berakhir denga unuh diri atau di bunuh. Semua atas nama cinta..

Kecintaan yang berlebihan pada anak-anak kita juga tidak selalu membawa dampak positif. Kemanjaan berupa pemenuhan gaya hidup dan tuntutan yang sebenarnya tidak (belum) layak di penuhi, terkadang menjadi “pelunasan hutang dosa” bagi orag tua yang jarang bertemu dengan anak karena sibuk di luar rumah..

Kebanggaan kita pada mereka akan prestasi yang bersifat keduniaan terkadang melupakan sisi akhirat.. yang justru lebih kekal bagi mereka..

Walaupun tidak dapat kita sangkal bahwa cinta pada anak adalah fitrah..naluriah..yang di berikan Alloh..tidak hanya kepada manusia, tetapi juga hewan.. “Alloh memiliki 100 cinta. Satu cinta di tebar di permukaan bumi sehingga induk unta menggeser kakinya agar ia tidak mengnjak anaknya.”



Demikian pula nabi Ayyub as, yang menjadi buta menangisi Yusuf anaknya, yang di buang oleh saudara-sadara tirinya..

Namun ketaatan nabi Ibrahim as yang di uji keimanannnya oleh Alloh swt untuk menyembelih putranya yang ketika bayi di tinggalkannya di gurun pasir, kemudian tak lama setelah bertemu, justru di perintahkan untuk di sembelih.. Sangat layak untuk kita jadikan pelajaran.. Bahwa ketaatan pada Alloh mengalahkan fitrhnya kasih sayang seorang ayah..